Selamat Datang di Kabupaten Grobogan, Kami Menantikan Partisipasi Saudara Guna Mengembangkan Potensi Yang Ada)......

Jumat, 17 Juli 2009

PENDERITA PEMBESARAN KEPALA ; Kebutaan Mengancam Fika Alifiyah

GROBOGAN (KR) - Kondisi Fika Alifiyah makin memprihatinkan. Umurnya dua tahun, namun berat badannya tidak lebih dari sembilan kilogram. Adapun lingkar kepalanya membesar mencapai 61 cm. Pembesaran itu berlangsung sejak Fika berusia tiga bulan. Selain tubuhnya makin kurus, pada kedua bola matanya kini didapati selaput putih yang diduga karena pengaruh cairan pembesaran kepala (hydrocephalus). Balita anak ketiga pasangan Tardi (32) dan Ny Suyati (28), warga Dusun Ngerdemak, Desa Nampu, Kecamatan Karangrayung, ini juga tidak mau makan. "Sudah beberapa hari ini Fika tidak mau makan. Maunya hanya minum susu hangat. Saya bingung karena kondisinya makin memprihatinkan," tutur Ny Suyati ketika ditemui KR saat menunggui Fika di RSD Soedjati Purwodadi, belum lama ini. Dikatakan, Fika mengidap pembesaran kepala sejak berumur tiga bulan. Sehari-hari balita ini hanya mampu menangis karena merasakan sakit yang mendera kepalanya. "Sebelum dibawa ke RSD Soedjati, Fika panas dan diare," terangnya. Meski tidak bisa bicara, Ny Suyati mengaku tahu apa yang dirasakan buah hatinya itu. Setiap hari Fika minta digendong dan jika tidur tidak bisa nyenyak. "Namun saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya hanya bisa menangis meratapi penyakit yang diderita Fika," kata Ny Suyati sambil meneteskan air mata. Ia dan suaminya, Tardi (32), tergolong keluarga kurang mampu. Rumahnya berlokasi di tepi jalan desa berhadapan dengan sawah. Berdinding papan dan berlantai tanah. Tidak ada perabotan yang terpampang di rumah, kecuali pesawat televisi 14 inci dan meja-kursi dari papan. Tardi yang sehari-hari bekerja serabutan terkadang hanya mampu membawa pulang uang Rp 15.000. Itu pun kalau sedang mendapat pekerjaan seperti menjadi buruh di ladang orang. Sedangkan Ny Suyati tidak bisa membantu suaminya. "Gimana bisa membantu, saya setiap hari harus menggendong dan menunggui Fika," ucapnya lirih. Sebenarnya, usaha mengobatkan Fika sudah dilakukan sejak balita itu berumur tiga bulan. Baik ke bidan desa, Puskesmas, sampai ke dokter spesialis anak. Atas saran dokter spesialis anak di Purwodadi, Fika harus dibawa ke RS di Semarang. Melalui bantuan Ahyadi, seorang relawan masyarakat tidak mampu, Fika sempat dirawat beberapa hari secara gratis di RS Elisabeth Semarang. Namun usaha tersebut belum membuahkan hasil. Ny Suyati dan Tardi tidak patah semangat. Usaha penyembuhan buah hatinya terus dilakukan. Baik lewat medis maupun non medis. Bahkan Ny Suyati sempat menjadi korban pelecehan seorang dukun cabul di daerah Rembang demi kesembuhan sang buah hati. Menurut dokter spesialis anak dr H Muhajir yang menangani Fika selama di RSD Soedjati, penyakit hydrocephalus yang diderita Fika sudah cukup memprihatinkan. Pembesaran kepala, kata Muhajir, menyebabkan perkembangan sel-sel tubuh terutama bagian kepala tertekan atau terdesak. Termasuk munculnya selaput pada kedua bola mata Fika bisa juga disebabkan hal itu. Sehingga bisa mengancam sel otak dan penglihatan kabur, yang akhirnya bisa membuat kebutaan. (Tas)-s
Kedaulatan Rakyat,
06/07/2009 07:33:11

1 komentar:

  1. sing sabar penderitaan itu pasti ada akhirnya jangan menyerah dan jangan putus asa,semua itu cobaan dari allah SWT.

    BalasHapus

Berita Populer Minggu Ini