GROBOGAN- Dua balita penderita pembesaran kepala (hydrocephalus) dirawat tim dokter spesialis anak RSD Soedjati Purwodadi. Pasien itu Fika Alifiyah (2), warga Ngerdemak Nampu Karangrayung dan M Abdullah Syahid (1,2), warga Mulungan Jatilor Godong, ditempatkan dalam satu ruangan untuk warga kurang mampu.
Fika yang kepalanya terus membesar tergeletak dengan tangan kiri diinfus. Sedangkan Abdullah hingga kini masih menjalani pemeriksaan sehubungan penyakitnya itu.
’’Kondisi Fika lumayan berat, karena penyakitnya lebih dari setahun. Sementara Abdullah baru sebatas dicurigai menderita hydrocephalus,’’ kata Muhajir Satibi, dokter spesialis anak yang merawat kedua bocah itu.
Meski ditangani, Muhajir yang didampingi Direktur RSD dokter Iman Santosa dan Wakil Direktur dokter gigi Lely Atasti, memandang kedua bocah terutama Fika harus dirujuk ke RS Provinsi yang memiliki fasilitas lebih memadai. Pilihannya adalah RSUP Dokter Kariadi Semarang. Penanganan hydrocephalus biasanya diupayakan pembedahan untuk mengeluarkan cairan dari rongga kepala.
Tahapan ini butuh peralatan memadai sekaligus paramedis yang berkompeten di bidangnya. Sejauh ini tim dokter RSD sebatas baru menyembuhkan keluhan Fika, yakni mencret dan demam tinggi. Keluhan itu sudah diobati sembari memberi waktu istirahat untuk putri pasangan Tardi (32) dan Suyati (28) itu. Sedangkan Abdullah masih menunggu tes laboratorium sehubungan dengan kecurigaan pembesaran kepala.
Waspada Selebihnya, RSD meminta orang tua waspada andai kata mendapati kepala anaknya membesar. Apabila didapati kecurigaan supaya secepatnya dibawa ke dokter, puskesmas, atau rumah sakit terdekat.
Hydrocephalus dapat disembuhkan seandainya tidak terlambat ditangani. Banyak hal yang menyebabkan seseorang terkena penyakit itu. Salah satunya adalah virus toxoplasma. Ada kemungkinan karena terlambat tertangani perkembangan fisik dan mental seseorang terganggu. Hal ini lantaran sel otak tidak mampu berkembang lantaran ditekan cairan di rongga kepala.
Suyati, ibu Fika hanya mampu berkeluh kesah ketika rombongan wartawan diantar pihak RSD mengunjungi bangsal tempat anaknya dirawat. Suyati dan suaminya tergolong keluarga kurang mampu dengan penghasilan pas-pasan.
Suaminya bekerja serabutan dan terkadang membawa pulang uang Rp 15.000. Itu pun kalau sedang mendapat pekerjaan.
Selebihnya, tidak mempunyai penghasilan. Suyati bahkan pernah bernasib malang ditipu dukun palsu. Perempuan itu tertipu, karena keinginannya menyembuhkan Fika melalui metode pengobatan alternatif.
Dia meminta Pemkab dan RSD mengusahakan yang terbaik untuk kesembuhan putrinya. Purwati (23), ibunda Abdullah mengemukakan hal senada. Ibu muda dari keluarga miskin itu berkisah putri pertamanya Habibatul Auliah meninggal, karena pembesaran kepala yang terlambat ditangani. (H41-16)
Suara Merdeka,Semarang & Sekitarnya,29 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer Minggu Ini
-
"Menurut perhitungan kami, potensi pendapatan retribusi dari menara dan operator telco di Grobogan apabila dikelola dengan baik menc...
-
GODONG-Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Jatilor melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tutup Buku Tahun 2017 bertempat di Balai D...
-
Aren : dangu Blutru : montro Blimbing : maya Cubung : terung Cengkeh : polong Duren : dlongop Gembili ...
-
Sejarah perkembangan masyarakat dan bangsa kita telah membuktikan bahwa kehadiran P ertahanan Sipil / Perlindung...
Kategori
Kesejahteraan Rakyat
Pemerintahan
Pemerintahan Desa
Pemberdayaan
Pembangunan
Kepemimpinan
Pemilu
Kesehatan
Bencana
Wisata
Ibadah
Pendidikan
Pertanian
Alumni APDN/STPDN
Kepegawaian
Hukum
Serba serbi
Islam
PLAN Internasional
Lowongan kerja
Pemuda
Lingkungan Hidup
Kependudukan
PNPM-MP
Olah Raga
Pelayanan
Keuangan
Keluarga
Budaya Jawa
Godong
Upacara
Kisah-kisah
Kriminal
Trantibum
Ikatan Dinas
Ketahanan Pangan
PKK
Peternakan
Ekonomi
Sekretariat
Musik
Prestasi Grobogan
DWP
Perikanan
Pertanahan
Seni
Teknologi
CLTS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar