GROBOGAN- Petani percontohan penanaman padi hibrida di Kecamatan Godong
dan Karangrayung sangat puas dengan hasil panen yang didapat dari
varietas tersebut. Nurhari (40), petani dari Kelompok Tani Sidomakmur
II Desa Mojoagung, Kecamatan Karangrayung, berharap adanya
pengalokasian SLPTT padi hibrida bernas tahun depan ditambah.
‘’Memang awalnya saya ragu dengan percontohan ini. Namun, setelah membuktikan sendiri, saya mengusulkan penambahan alokasi SLPTT padi hibrida bernas ditambah mulai tahun depan,’’ kata Nurhari, Rabu (30/12).
‘’Memang awalnya saya ragu dengan percontohan ini. Namun, setelah membuktikan sendiri, saya mengusulkan penambahan alokasi SLPTT padi hibrida bernas ditambah mulai tahun depan,’’ kata Nurhari, Rabu (30/12).
Menurut petani lainnya di Desa Werdoyo, Kecamatan Godong, Yahmin (47), yang juga ketua Gapoktan desa tersebut, dengan jumlah malai dan gabah lebih banyak, serta bobot gabah kering panen (GKP) lebih berat, tidak ada alasan untuk mengesampingkan produk ini. Proses pemeliharaan dari mulai masa tanam hingga panen tidak berbeda dengan padi ciherang yang selama ini ditanam petani lainnya.
‘’Kalau cara pemeliharaannya sama, lalu dibedakan dengan hasil yang lebih memuaskan, saya saat ini mulai menganjurkan kepada petani di Gapoktan saya agar menggunakan produk tersebut,’’ tutur Yahmin dalam acara panen perdana padi hibrida bernas.
12,72 Ton Per Ha Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Karangrayung, Moch Nasro, untuk setiap hektare lahan percontohan di wilayah kerjanya dihasilkan 12,72 ton GKP padi hibrida bernas. Padahal, padi ciherang hanya mampu menghasilkan 6-8 ton. Selain itu, masa pertumbuhan juga lebih singkat, yaitu hanya 107 hari dari mulai persemaian.
‘’Kami sengaja memilih masa mulai tanam pada Agustus di mana bulan itu di wilayah Karangrayung kesulitan air. Ternyata padi hibrida kami mampu tumbuh bagus dan hasilnya dubuktikan sendiri oleh para petani percontohan kami yang dipilih UPTD pertanian,’’ kata Asep Zainal, manajer pemasaran padi hibrida bernas dari PT Merdeka Alam Sejahtera yang beralamat di Gedung JDC Lantai III Jalan Imam Bonjol Semarang.
Mengenai harga benih yang sedikit lebih mahal, tentu akan sebanding bila menuai hasil lebih banyak. Di Desa Mojoagung telah dibuktikan dengan biaya produksi Rp 6 juta per hektare termasuk ongkos tenaga, saat panen minimal tiap hektare akan memperoleh Rp 24 - Rp 27 juta.
Menurut Kepala Dispertan dan TPH Dr Ir Soemarsono MSi, memang seharusnnya padi hibrida lebih unggul dibandingkan dengan padi ciherang. Namun, yang menjadi kendala adalah kebiasaan petani dalam menentukan benih. (K11-37) (Suara Merdeka, 31 Des 2009)
biar lebih sejahterah nih,
BalasHapus