Rugi RP 700 Juta
Bupati Grobogan Surati Wali Kota
GROBOGAN- Keberingasan amuk suporter PSIS tergambar di Godong,
Grobogan. Tidak saja rugi materiil saja, warga pun menderita inmeteriil
seperti rasa ketakutan dan rasa traumatik bila mengingat batu
beterbangan, teriakan massa pada Minggu (5/5) petang sampai Senin (6/5)
siang.
Warga sangat terpukul atas peristiwa itu. Bahkan, sampai kemarin pun
ada sejumlah warga yang takut dan trauma bila mengingat peristiwa itu.
‘’Situasinya menakutkan. Batu dan botol dilempar ke dalam rumah. Tiba-tiba banyak orang masuk ke rumah mengambil barang-barang, termasuk isi lemari diacak-acak,’’ tutur Sri Mulyani (45), warga RT 05 RW 03, Desa Godong, Kecamatan Godong, kemarin.
‘’Situasinya menakutkan. Batu dan botol dilempar ke dalam rumah. Tiba-tiba banyak orang masuk ke rumah mengambil barang-barang, termasuk isi lemari diacak-acak,’’ tutur Sri Mulyani (45), warga RT 05 RW 03, Desa Godong, Kecamatan Godong, kemarin.
Melihat amuk massa yang begitu beringas, ia terpaksa lari mengungsi.
Dia tak pedulikan lagi rumahnya. Pikirannya hanyalah menyelamatkan diri.
Barulah pada Senin (6/5) sore, Sri Mulyani baru berani pulang dari
rumah saudaranya.
Betapa terkejutnya dia, melihat kondisi rumahnya yang rusak dijarah massa. Kaca depan rumahnya pecah, perabotan beserta isinya berantakan. Barang dagangannya banyak yang hilang.
Betapa terkejutnya dia, melihat kondisi rumahnya yang rusak dijarah massa. Kaca depan rumahnya pecah, perabotan beserta isinya berantakan. Barang dagangannya banyak yang hilang.
‘’Kalau dihitung-hitung kerugianbnya lebih dari Rp 2 juta,’’ ucapnya.
Ia pun trauma jika nanti ada rombongan suporter sepakbola datang lagi.
Sri Mulyani merupakan satu dari sekian puluh warga Kecamatan Godong yang mengalami hal serupa. Pihak Pemkab Grobogan beserta Muspika Godong turun tangan mendata nilai kerugian dari peristiwa bentrokan antara suporter dengan warga.
Berdasarkan hasil pendataan, jumlah warga yang mengalami kerugian materiil ada 114 orang. Rinciannya di Desa Godong ada 73 orang, Bugel (36 orang), Bringin (1 orang), Klampok (33 orang) dan Jatilor (1 orang).
Sri Mulyani merupakan satu dari sekian puluh warga Kecamatan Godong yang mengalami hal serupa. Pihak Pemkab Grobogan beserta Muspika Godong turun tangan mendata nilai kerugian dari peristiwa bentrokan antara suporter dengan warga.
Berdasarkan hasil pendataan, jumlah warga yang mengalami kerugian materiil ada 114 orang. Rinciannya di Desa Godong ada 73 orang, Bugel (36 orang), Bringin (1 orang), Klampok (33 orang) dan Jatilor (1 orang).
Kerugian tersebut antara lain karena rumah rusak, barang dagangan
dijarah, perabot rumah tangga hilang, kendaraan rusak dan hilang. Secara
nominal, Muspika menghitung kerugian yang diderita warga mencapai Rp
700 juta. Rincinannya, warga di Desa Jatilor menderita kerugian Rp 500
Ribu, Bringin Rp 2,5 juta, Klampok Rp 172 juta, Godong Rp 400 juta,
Bugel Rp 70 juta.
‘’Data ini sifatnya masih sementara yang kami kumpulkan berdasarkan
hasil laporan warga dan kades. Jumlahnya bisa saja bertambah. Kami masih
menunggu laporan warga dan tetap akan melakukan cek realita
lapangan,’’ë kata Sekretaris Kecamatan Godong, Joko Supriyanto
didampingi Danramil Godong Kapten Inf Faheri dan Kapolsek AKP Sunaryo,
usai mendata jumlah korban dan kerugian yang disebabkan kerusuhan
tersebut.
Selanjutnya, lanjut Joko, data jumlah korban dan kerugian akan
disampaikan ke Bupati Grobogan H Bambang Pudjiono SH melalui Camat.
Menurut rencana data tersebut akan disampaikan kepada Plt Wali Kota
Semarang Hendrar Prihadi. Berdasarkan kesepakatan awal, koordinator
suporter PSIS bertanggungjawab dan akan mengganti kerugian akibat
kerusuhan tersebut.
Terpisah, Kapolres Grobogan AKBP Langgeng Purnomo SIK MH kepada Suara Merdeka mengatakan, terkait bentrokan yang terjadi, warga hanya membela diri. Bahkan Kapolres mendapati banyak warga yang menyelamatkan suporter yang mayoritas warga Semarang itu dari lemparan batu.
Terpisah, Kapolres Grobogan AKBP Langgeng Purnomo SIK MH kepada Suara Merdeka mengatakan, terkait bentrokan yang terjadi, warga hanya membela diri. Bahkan Kapolres mendapati banyak warga yang menyelamatkan suporter yang mayoritas warga Semarang itu dari lemparan batu.
‘’ëSuporter PSIS ditunggangi pelaku kriminal. Terkait sikap warga
yang ikut melempari batu, sifatnya hanya membela diri. Bahkan hari ini
(kemarin), warga juga menyerahkan sepeda motor yang ditinggalkan para
suporter di Godong,’’ kata Kapolres.
Pemkot Semarang telah memanggil manajemen PSIS, kepolisian dan pengurus dua kelompok suporter untuk mencari langkah penyelesaian agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Tercatat, pada musim ini bentrokan di Godong merupakan kejadian kali kedua suporter Semarang berulah. Sebelumnya saat melawan Persip Pekalongan, suporter bentrok pada 1 Maret lalu.
‘’Semalam (kemarin malam-red) telah bertemu dengan pihak pemkot. Dihadiri SKPD, Polrestabes, Kodim 0733/BS, Sekda serta pengurus suporter.
Pemkot Semarang telah memanggil manajemen PSIS, kepolisian dan pengurus dua kelompok suporter untuk mencari langkah penyelesaian agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Tercatat, pada musim ini bentrokan di Godong merupakan kejadian kali kedua suporter Semarang berulah. Sebelumnya saat melawan Persip Pekalongan, suporter bentrok pada 1 Maret lalu.
‘’Semalam (kemarin malam-red) telah bertemu dengan pihak pemkot. Dihadiri SKPD, Polrestabes, Kodim 0733/BS, Sekda serta pengurus suporter.
Namun belum ada solusi agar keributan ini tidak kembali terjadi.
Rencananya, besok (hari ini-red) kami akan berkumpul lagi, disertai Plt
Wali Kota,’’ tutur General Manager PSIS. Ferdinand Hindiarto.
Dia menambahkan, manajemen tidak dapat berbuat banyak. Pasalnya
secara struktural tidak berkaitan langsung dengan suporter. Namun selama
ini manajemen terus berkoordinasi dengan para pengurusnya agar dapat
mendukung secara positif dan tidak sebaliknya.
Manajemen juga tidak dapat mengontrol langsung bila suporter ikut menyaksikan laga tandang. Panitia pertandingan tuan rumah, dan aparat keamanan setempat, serta koordinator keberangkatan yang memiliki andil besar mengawal suasana agar tetap kondusif.
‘’Kami butuh suporter yang dapat mendukung PSIS. Manajemen lebih fokus pada tim agar dapat eksis mengikuti kompetisi,’’ tutur pria yang juga Wakil Rektor III Unika Soegijapranata itu.
Manajemen juga tidak dapat mengontrol langsung bila suporter ikut menyaksikan laga tandang. Panitia pertandingan tuan rumah, dan aparat keamanan setempat, serta koordinator keberangkatan yang memiliki andil besar mengawal suasana agar tetap kondusif.
‘’Kami butuh suporter yang dapat mendukung PSIS. Manajemen lebih fokus pada tim agar dapat eksis mengikuti kompetisi,’’ tutur pria yang juga Wakil Rektor III Unika Soegijapranata itu.
‘’Terkait kerusuhan suporter ini, tidak hanya dari manajemen yang
bergerak. Pemerintah Kota Semarang, kepolisian dan pihak-pihak terkait
harus ikut membantu. Terlebih kesadaran suporter sendiri. Masalah ini
sudah menyangkut nama Semarang di mata nasional,’’ tambahnya.
Tolak Aksi Balasan
Ketua Umum Snex, Rendra Kusworo menuturkan, upaya-upaya perdamaian
antara suporter Kota Lunpia dengan warga Godong Grobogan tetap akan
dilakukan. Namun saat ini, pihaknya masih fokus mendata anggotanya.
Mulai dari yang luka-luka, hingga kehilangan harta benda.
Ketua Panser Biru, Mario Baskoro menegaskan pihaknya akan mengevaluasi internal. Di antaranya sosialisasi dan koordinasi keberangkatan saat mendukung PSIS away. Kepada semua pihak, dia memohon maaf atas kericuhan yang terjadi di Godong Grobogan.
Ketua Panser Biru, Mario Baskoro menegaskan pihaknya akan mengevaluasi internal. Di antaranya sosialisasi dan koordinasi keberangkatan saat mendukung PSIS away. Kepada semua pihak, dia memohon maaf atas kericuhan yang terjadi di Godong Grobogan.
Pascabentrok, kedua kelompok itu menegaskan, pengurus tidak pernah
mengintruksikan untuk aksi balasan. Apalagi sweeping terhadap warga
Grobogan yang ada di Kota ATLAS. ‘’Misalkan ada, merupakan tindakan
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Bila kedapatan, aparat
kepolisian dapat segera mengamankan,’’ tegas Mario.
Ganti Rugi
Imbauan untuk menjaga kedamaian juga datang dari Plt Sekda Kota
Semarang, Adi Tri Hananto. Dia meminta kepada seluruh warga untuk tidak
terpancing akan isu-isu dan provokasi paska-bentrok suporter dan warga
Godong, Grobogan, belum lama ini.
“Kami meminta warga untuk tetap tenang, jangan percaya isu yang bisa memperkeruh situasi. Tentang banyaknya isu yang beredar melalui pesan singkat ataupun blackberry messenger, kami tegaskan itu tidak benar. Tidak ada aksi sweeping ataupun aksi balasan lain,” katanya.
“Kami meminta warga untuk tetap tenang, jangan percaya isu yang bisa memperkeruh situasi. Tentang banyaknya isu yang beredar melalui pesan singkat ataupun blackberry messenger, kami tegaskan itu tidak benar. Tidak ada aksi sweeping ataupun aksi balasan lain,” katanya.
Menurut Adi, insiden bentrok itu menjadi perhatian pemerintah kota
secara khusus. Terkait dugaan adanya aksi penjarahan, Pemerintah Kota
Semarang tak dapat menganti kerugian yang dialami warga Godong.
Pertimbangannya bahwa dugaan adanya penjarahan dilakukan oleh individu
dan menjadi tanggung jawab sendiri-sendiri. “Saat ini Pemerintah Kota
Semarang sedang mempertimbangkan keberadaan sejumlah organisasi
suporter. Apalagi dengan adanya insiden kerusuhan seperti ini,”
paparnya.
Kepala Kesbangpol Kota Semarang Kuncoro Himawan mengaku, tidak
mengeluarkan bantuan untuk organisasi suporter, baik Panser Biru dan
Snex. Kedua organisasi itu tak terdaftar di instansinya. ‘’Alamat
kantornya saja, saya tidak tahu. Segala aktivitas yang merugikan
masyarakat umum menjadi tangung jawab organisasi itu,’’ tandas dia.
Psikolog Unika Soegijapranata, Dwi Yanni L, mengemukakan semua jenis
cabang olahraga termasuk sepakbola harus menjadi ajang memupuk rasa
persahabatan. Sebab dalam olahraga tersemat jiwa sportivitas, disiplin
dan penuh rasa kejujuran. Tak seyogyannya ajang pencari persahabatan itu
ternoda sikap tak jujur, beringas, dan penuh kekerasan.
‘’Ini yang seharusnya menjadi perenungan semua pihak. Masyarakat
butuh disadarkan bahwa olahraga adalah media perekat untuk semuanya.
Saya juga pernah mendengar istilah bahwa sepakbola adalah bahasa
pergaulan internasional,’’ tutur perempuan kelahiran Yogyakarta
tersebut.
Dia menambahkan untuk kasus bentrokan kemarin, bisa saja ini bagian
dari letupan kemarahan pihak-pihak yang merasa dirugikan atas kondisi
sosial saat ini. Kondisi sosial masyarakat yang bebannya demikian besar
sedikit banyak akan menumbuhkan rasa frustasi.
Pada saatnya ketika rasa frustasi mendapat penyaluran maka ledakanya membahayakan yakni berupa sikap beringas seseorang. Ketika sikap itu muncul dalam bentuk kelompok kelompok tentunya sangat membahayakan ujung-ujungnya adalah pertikaian.
Pada saatnya ketika rasa frustasi mendapat penyaluran maka ledakanya membahayakan yakni berupa sikap beringas seseorang. Ketika sikap itu muncul dalam bentuk kelompok kelompok tentunya sangat membahayakan ujung-ujungnya adalah pertikaian.
Karena itu, ungkap dia, supaya hal serupa tidak terus berulang harus
ada kesadaran bagi semua pihak. Seharusnya rasa frustasi bisa dibuang
hilang ketika seseorang masuk dalam lingkaran dunia olahraga. Caranya,
yakni menjunjung tinggi jiwa sportivitas, disiplin, dan penuh rasa
kejujuran. (K11,K18, H71, H41, H35-90) SM, Berita Utama, 08 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar